Seminggu lalu, sejarah finansial dunia ditulis kembali. Lehman Brothers, bank investasi terbesar nomor empat di dunia dengan riwayat 158 tahun, pada 15 September 2008 pukul 01.00 dini hari, menyatakan diri bangkrut dan meminta perlindungan kepada Pengadilan Distrik Kota New York.
Ini adalah akhir pertarungan panjang Lehman Brothers yang sebelumya berhasil melewati Perang Sipil Amerika Serikat (AS), masa Great Depression, Perang Dunia I dan II, Resesi ekonomi 1970 dan 1980-an, hingga serangan WTC dan resesi 2001.
Usaha-usaha untuk menyelamatkan Lehman Brothers pada hari-hari terakhirnya telah gagal. Masih segar dalam ingatan bahwa pada Agustus lalu Lehman terlibat negosiasi dengan Korean Development Bank (KDB) dalam sebuah rencana akuisisi oleh bank milik Pemerintah Korea tersebut.
KDB menawarkan harga sekitar USD6 per lembar, tapi Richard S Fuld, CEO Lehman Brothers, berkeras pada harga USD18 per lembar. Atas tekanan Bank Sentral Korea, KDB akhirnya mundur dari rencana pembelian Lehman Brothers. Barclays,bank kenamaan dari Inggris, dan Bank of America disebutkan terlibat dalam rencana pengambilalihan Lehman.
Hanya berjalan beberapa hari, kedua bank menyatakan mundur dari pembicaraan lantaran tidak diperolehnya jaminan dan keterlibatan Pemerintah Amerika untuk menyelamatkan Lehman Brothers. Mundurnya Barclays dan Bank of America menjadi lonceng kematian bagiLehmanBrothers.
Tekananyang sangat tinggi dari ketiadaan sumber pembiayaan barudibarengi dengan nilai aset yang terus menyusut, memaksa Lehman Brothers meminta perlindungan pengadilan dan menyatakan diri bangkrut.
Apa yang Tersisa?
Dalam dokumen yang diserahkan kepada Pengadilan New York,Lehman Brothers menyebutkan bahwa perusahaan tesebut memiliki aset senilai USD639 miliar. Angka ini telah turun cukup tajam dari posisi awal 2008, saat laporan keuangan Lehman 2007 menyatakan total aset senilai USD691 miliar.
Masih dari dokumen yang sama,disebutkan pula bahwa Lehman Brothers memiliki utang dalam bentuk obligasi senilai USD155 miliar dan kewajiban lainnya sebesar USD613 miliar. Dengan angka tersebut,maka praktis nilai ekuitas Lehman Brothers menjadi negatif USD129 miliar.
Besarnya angka negatif pada pos ekuitas tersebut mengisyaratkan bahwa Lehman Brothers memang sudah tidak lagi tertolong. Saham Lehman Brothers yang berjumlah 1,2 miliar lembar praktis berharga nol. Terlebih,mengingat bahwa saham ini dalam setahun terakhir pernahmencapaihargaUSD60 per lembar,karena itu nilai kapitalisasi USD72 miliar adalah angka kira-kira atas nilai yang terhapus dari buku seluruh pemegang saham Lehman Brothers.
Ditambah dengan bond Lehman Brothers senilai USD155miliar,makapotensi kerugian yang ditanggung pemegang saham dan pemegang obligasi mencapai jumlah lebih dari USD200 miliar.
Perjalanan Panjang
Apa yang menyebabkan bank investasi ini bisa roboh dengan teramat cepat? Bukankah LehmanBrothers memiliki spesialisasi pada perdagangan dan jasa penjaminan obligasisebuah instrumen yang relatif memiliki risiko rendah ketimbang instrumen saham, komoditas, ataupun derivatif?
Dan bukankah Lehman Brothers tertimpa kerugian akibat subprime relatif lebih kecil daripada nama-nama besar lainnya seperti Citigroups, UBS, Merrill Lynch, ataupun Bank of America? Dari catatan penghapus bukuan akibat krisis subprime, kita akan menemukan bahwa total kerugian Lehman Brothers akibat kredit subprime mencapai USD13,8 miliar.
Angka ini sebenarnya terbilang kecil dibandingkan dengan seluruh kerugian industri finansial global karena subprime mortgage yang mencapai USD519 miliar. Dari segi antisipasi kerugian, Lehman Brothers pun telah bersiap. Sejak krisis meletus, perusahaan tersebut telah menggalang modal segar sebesar USD13,9 miliar melalui lima kali penerbitan saham baru.
Penggalangan modal baru itupun masih ditambah dengan usaha efisiensi biaya dengan melakukan PHK atas hampir 19 ribu karyawan atau 2/3 seluruh jumlah karyawan. Satu-satunya penjelasan mengapa Lehman tetap terpuruk sekalipun berbagai langkah telah ditempuh, sesungguhnya terkait dengan besarnya leverage (daya ungkit) pada aspek finansial Lehman Brothers.
Sekalipun fokus dan dominan di bisnis obligasi yang relatif lebih aman ketimbang instrumen lainnya, tapi angka leverage Lehman (yaitu perbandingan antara ekuitas dan kewajiban) mencapai 29 kali. Angka leverage yang sedemikian besar berarti resiko dalam bisnis Lehman mengalami amplifikasi sebesar angka tersebut. Naik atau turunnya nilai aset portofolio Lehman sekalipun dalam jumlah kecil–berdampak hingga 29 kali lipat terhadap modal perusahaan tersebut.
Bila kita melihat peningkatan angka defaultpada obligasi subprime perumahan AS yang merayap mendekati angka 50%, tentu tidak mengherankan bila model bisnis Lehman terancam secara serius. Pimpinan Lehman Brothers menyadari hal ini,dan pada saat-saat terakhir berusaha menurunkan rasio leveragenya hingga ke sekitar 22 kali,tapi waktu tidak lagi berpihak pada mereka.
Dampak Terhadap Indonesia
Angka leverage sedemikian besar dan dampak yang terjadi pada Lehman Brothers tentu akan mendorong institusi keuangan lainnya melakukan aksi penurunan leveraging secara masif. Bila dilakukan secara serempak oleh berbagai institusi keuangan, yang mungkin terjadi adalah turunnya aliran investasi ke instrumen-instrumen investasi beresiko tinggi.
Pasar obligasi dan saham emerging market mungkin termasuk di antaranya. Kenaikan tajam angka LIBOR overnite hingga 330 basis poin pascakebangkrutan Lehman dan penyelamatan AIG menunjukkan aksi penurunan leveraging ini akan membuahkan fluktuasi yang sangat tajam atas aliran modal.
Guyuran likuiditas oleh bank-bank sentral utama dunia memang sedikit membantu meringankan masalah, tapi tidak berarti seluruh masalah akan selesai dalam waktu dekat. Lebih dari itu,bagi perusahaanperusahaanAsia, Lehman Brothers memiliki posisi vital. Penerbitan Samurai Bond oleh Lehman senilai 195 miliar Yen (setara USD1,8 miliar) adalah contoh posisi Lehman di Jepang.
Di Indonesia, Lehman Brothers dikenal sebagai salah satu penjamin emisi pada kedua seri penerbitan obligasi pemerintah Republik Indonesia pada 2008 ini (senilai total USD4,2 miliar). Sebagaimana diklaim Lehman Brothers sendiri, tidak ada perusahaan asing lain yang menjadi penjamin obligasi Pemerintah Indonesia secara berturut-turut.
Di sektor korporasi swasta,keterlibatan Lehman Brothers pada penerbitan surat utang dan emisi saham pada kelompok bisnis Davomas (tiga seri obligasi senilai USD300 juta),Gajah Tunggal (divisi Indonesia maupun China senilai total USD 295Juta), serta Global Media (dalam pembiayaan Mobile-8 dan IPO Media Nusantara Citra)– adalah indikasi bahwa jejak Lehman membekas cukup dalam di Asia.
Lehman Brothers memang telah berakhir. Namun, akankah jejak tersebut menjadi jejak-jejak terakhir? Ataukah itu semua hanya permulaan dan Lehman Brothers hanyalah sebuah catatan kaki sejarah? Waktulah yang akan menjawabnya.(*)
Ini adalah akhir pertarungan panjang Lehman Brothers yang sebelumya berhasil melewati Perang Sipil Amerika Serikat (AS), masa Great Depression, Perang Dunia I dan II, Resesi ekonomi 1970 dan 1980-an, hingga serangan WTC dan resesi 2001.
Usaha-usaha untuk menyelamatkan Lehman Brothers pada hari-hari terakhirnya telah gagal. Masih segar dalam ingatan bahwa pada Agustus lalu Lehman terlibat negosiasi dengan Korean Development Bank (KDB) dalam sebuah rencana akuisisi oleh bank milik Pemerintah Korea tersebut.
KDB menawarkan harga sekitar USD6 per lembar, tapi Richard S Fuld, CEO Lehman Brothers, berkeras pada harga USD18 per lembar. Atas tekanan Bank Sentral Korea, KDB akhirnya mundur dari rencana pembelian Lehman Brothers. Barclays,bank kenamaan dari Inggris, dan Bank of America disebutkan terlibat dalam rencana pengambilalihan Lehman.
Hanya berjalan beberapa hari, kedua bank menyatakan mundur dari pembicaraan lantaran tidak diperolehnya jaminan dan keterlibatan Pemerintah Amerika untuk menyelamatkan Lehman Brothers. Mundurnya Barclays dan Bank of America menjadi lonceng kematian bagiLehmanBrothers.
Tekananyang sangat tinggi dari ketiadaan sumber pembiayaan barudibarengi dengan nilai aset yang terus menyusut, memaksa Lehman Brothers meminta perlindungan pengadilan dan menyatakan diri bangkrut.
Apa yang Tersisa?
Dalam dokumen yang diserahkan kepada Pengadilan New York,Lehman Brothers menyebutkan bahwa perusahaan tesebut memiliki aset senilai USD639 miliar. Angka ini telah turun cukup tajam dari posisi awal 2008, saat laporan keuangan Lehman 2007 menyatakan total aset senilai USD691 miliar.
Masih dari dokumen yang sama,disebutkan pula bahwa Lehman Brothers memiliki utang dalam bentuk obligasi senilai USD155 miliar dan kewajiban lainnya sebesar USD613 miliar. Dengan angka tersebut,maka praktis nilai ekuitas Lehman Brothers menjadi negatif USD129 miliar.
Besarnya angka negatif pada pos ekuitas tersebut mengisyaratkan bahwa Lehman Brothers memang sudah tidak lagi tertolong. Saham Lehman Brothers yang berjumlah 1,2 miliar lembar praktis berharga nol. Terlebih,mengingat bahwa saham ini dalam setahun terakhir pernahmencapaihargaUSD60 per lembar,karena itu nilai kapitalisasi USD72 miliar adalah angka kira-kira atas nilai yang terhapus dari buku seluruh pemegang saham Lehman Brothers.
Ditambah dengan bond Lehman Brothers senilai USD155miliar,makapotensi kerugian yang ditanggung pemegang saham dan pemegang obligasi mencapai jumlah lebih dari USD200 miliar.
Perjalanan Panjang
Apa yang menyebabkan bank investasi ini bisa roboh dengan teramat cepat? Bukankah LehmanBrothers memiliki spesialisasi pada perdagangan dan jasa penjaminan obligasisebuah instrumen yang relatif memiliki risiko rendah ketimbang instrumen saham, komoditas, ataupun derivatif?
Dan bukankah Lehman Brothers tertimpa kerugian akibat subprime relatif lebih kecil daripada nama-nama besar lainnya seperti Citigroups, UBS, Merrill Lynch, ataupun Bank of America? Dari catatan penghapus bukuan akibat krisis subprime, kita akan menemukan bahwa total kerugian Lehman Brothers akibat kredit subprime mencapai USD13,8 miliar.
Angka ini sebenarnya terbilang kecil dibandingkan dengan seluruh kerugian industri finansial global karena subprime mortgage yang mencapai USD519 miliar. Dari segi antisipasi kerugian, Lehman Brothers pun telah bersiap. Sejak krisis meletus, perusahaan tersebut telah menggalang modal segar sebesar USD13,9 miliar melalui lima kali penerbitan saham baru.
Penggalangan modal baru itupun masih ditambah dengan usaha efisiensi biaya dengan melakukan PHK atas hampir 19 ribu karyawan atau 2/3 seluruh jumlah karyawan. Satu-satunya penjelasan mengapa Lehman tetap terpuruk sekalipun berbagai langkah telah ditempuh, sesungguhnya terkait dengan besarnya leverage (daya ungkit) pada aspek finansial Lehman Brothers.
Sekalipun fokus dan dominan di bisnis obligasi yang relatif lebih aman ketimbang instrumen lainnya, tapi angka leverage Lehman (yaitu perbandingan antara ekuitas dan kewajiban) mencapai 29 kali. Angka leverage yang sedemikian besar berarti resiko dalam bisnis Lehman mengalami amplifikasi sebesar angka tersebut. Naik atau turunnya nilai aset portofolio Lehman sekalipun dalam jumlah kecil–berdampak hingga 29 kali lipat terhadap modal perusahaan tersebut.
Bila kita melihat peningkatan angka defaultpada obligasi subprime perumahan AS yang merayap mendekati angka 50%, tentu tidak mengherankan bila model bisnis Lehman terancam secara serius. Pimpinan Lehman Brothers menyadari hal ini,dan pada saat-saat terakhir berusaha menurunkan rasio leveragenya hingga ke sekitar 22 kali,tapi waktu tidak lagi berpihak pada mereka.
Dampak Terhadap Indonesia
Angka leverage sedemikian besar dan dampak yang terjadi pada Lehman Brothers tentu akan mendorong institusi keuangan lainnya melakukan aksi penurunan leveraging secara masif. Bila dilakukan secara serempak oleh berbagai institusi keuangan, yang mungkin terjadi adalah turunnya aliran investasi ke instrumen-instrumen investasi beresiko tinggi.
Pasar obligasi dan saham emerging market mungkin termasuk di antaranya. Kenaikan tajam angka LIBOR overnite hingga 330 basis poin pascakebangkrutan Lehman dan penyelamatan AIG menunjukkan aksi penurunan leveraging ini akan membuahkan fluktuasi yang sangat tajam atas aliran modal.
Guyuran likuiditas oleh bank-bank sentral utama dunia memang sedikit membantu meringankan masalah, tapi tidak berarti seluruh masalah akan selesai dalam waktu dekat. Lebih dari itu,bagi perusahaanperusahaanAsia, Lehman Brothers memiliki posisi vital. Penerbitan Samurai Bond oleh Lehman senilai 195 miliar Yen (setara USD1,8 miliar) adalah contoh posisi Lehman di Jepang.
Di Indonesia, Lehman Brothers dikenal sebagai salah satu penjamin emisi pada kedua seri penerbitan obligasi pemerintah Republik Indonesia pada 2008 ini (senilai total USD4,2 miliar). Sebagaimana diklaim Lehman Brothers sendiri, tidak ada perusahaan asing lain yang menjadi penjamin obligasi Pemerintah Indonesia secara berturut-turut.
Di sektor korporasi swasta,keterlibatan Lehman Brothers pada penerbitan surat utang dan emisi saham pada kelompok bisnis Davomas (tiga seri obligasi senilai USD300 juta),Gajah Tunggal (divisi Indonesia maupun China senilai total USD 295Juta), serta Global Media (dalam pembiayaan Mobile-8 dan IPO Media Nusantara Citra)– adalah indikasi bahwa jejak Lehman membekas cukup dalam di Asia.
Lehman Brothers memang telah berakhir. Namun, akankah jejak tersebut menjadi jejak-jejak terakhir? Ataukah itu semua hanya permulaan dan Lehman Brothers hanyalah sebuah catatan kaki sejarah? Waktulah yang akan menjawabnya.(*)
Poltak Hotradero,
Head of Research Recapital Securities
Tulisan di atas dimuat pada Harian Seputar Indonesia Edisi 22 September 2008