Hari yang cerah bukan ditandai dengan matahari yang bersinar terang atau udara yang sejuk, melainkan dari hati dan pikiran yang segar. Kecerahan suatu hari dimulai dari diri anda sendiri. Kita tahu bahwa sesuatu yang dimulai dengan baik merupakan separuh dari pencapaian tujuan.

Karena itu, memulai aktivitas hari ini dengan kecerahan suasana adalah modal besar untuk menyelesaikan hari dengan baik pula. Bagaimana memulai hari dengan cerah sangat dipengaruh oleh pola hidup kita.

Berikut beberapa tips ringan agar kita bisa memulai hari dengan cerah:
  1. Mulailah dari malam hari. Kita tak bisa berharap bangun dengan segar jika di malam harinya tak cukup tidur nyenyak. Hari esok yang cerah dimulai dari malam ini. Bila anda masih mempunyai masalah, yakinlah masih ada waktu esok untuk menyelesaikannya lebih baik lagi. Malam ini, beristirahatlah sebaik-baiknya.
  2. Bangun pagi lebih pagi. Bangunlah lebih pagi daripada terbitnya matahari. Jumpai keheningan dan kesunyian. Pagi buta adalah saat yang tepat untuk menemukan sisi damai dalam diri anda.
  3. Damaikan pikiran dan tentramkan jiwa. Jangan terburu melakukan aktivitas. Resapi saja suasana pagi yang damai ini. Berdoa, sampaikan syukur atas hidup yang masih diberikan pada kita dan bersaat teduh.
  4. Segarkan tubuh. Minum air, hirup aroma teh atau kopi yang menyegarkan. Berjalan-jalanlah keluar, pompa udara banyak-banyak ke dalam paru-paru. Lakukan olahraga ringan, Mandi dengan air segar. Bersihkan tubuh baik-baik. Tetaplah mengingat janji anda tadi pagi untuk melakukan sesuatu yang berguna bagi semesta hari ini.
  5. Dapatkan sarapan secukupnya. Isi perut anda secukupnya. Sarapan yang baik adalah modal untuk kebugaran tubuh anda sepanjang hari. Jangan asal kenyang, namun cukupkan kebutuhan energi dan gizi.
  6. Sapalah orang-orang yang anda jumpai. Terbarkan senyum. Tak peduli apakah matahari bersinar cerah atau mendung menggayut, sapalah orang-orang yang anda jumpai. Tanyakan kabar mereka, maka jangan terkejut jika mereka pun akan membalas senyum anda.
  7. Jangan mengeluh. Apa pun yang terjadi, entah itu hari hujan, jalanan macet, kereta datang terlambat, kendaraan mogok, atau apa pun yang terjadi, terimalah semua itu apa adanya.
  8. Berdoalah. Dengan berdoa kita serahkan apa yang terjadi hari ini.. jadi kita siap menerima apapun yang terjadi hari ini.

Jadi jadikan hari ini yang cerah...untuk beraktifitas, sekolah, kuliah, bekerja, berbisnis atau apapaun kegiatan anda. Semoga artikel ini dapat membantu anda memulai hari dengan cerah ceria.

Pameran Foto Kemerdekaan

Tuesday, August 12, 2008 | with 0 komentar »

IDENTITAS UNTUK KEBANGKITAN
(KARYA ANTARA-IPPHOS, CAS OORTHUYS & KANTOR BERITA BERNAMA)



Pembukaan oleh Menkominfo Bp. Mohammad Nuh pada
Tanggal: 15 Agustus 2008, pk. 19.00 wib
Tempat : Galeri Foto Jurnalistik Antara
Jalan Antara no.59, Pasar Baru,
Telp 3458771
Jakarta 10710

Pameran berlangsung hingga 25 Agustus 2008
2 - 10 September 2008 (PLAZA SEMANGGI -JAKARTA)
15 Agustus - 1 September 2008 (MALAYSIA TOURISM CENTRE KUALA LUMPUR)

Pameran foto ini (Identity for Awakening) yang melibatkan karya Antara-IPPHOS, Cas Oorthuys dan Kantor Berita Bernama ini dirancang sebagai suatu gathering sejarah yang mengusung peran aktif fotografi dokumenter jurnalistik dalam persalinan sebentuk negara. "Images" adalah citra yang tersebar dalam media massa yang memberi konfirmasi yang legitimatif atas telah terjadinya suatu kejadian penting.

Bagi kita, foto-foto yang dibuat di era kemerdekaan selain merupakan data sejarah, juga dapat dilihat sebagai pesona citra yang telah membantu menyuluh semangat dan identitas baru bagi bangsa kita. Pada hekaketnya foto bukan sekadar menangkap peristiwa & perkembangan masyarakat pada satu zaman tertentu namun juga mampu membentuk opini dan mempengaruhi sikap dan perilaku kita sebagai warga negara yang merdeka & berdaulat.

Satu bangsa baru dengan identitas baru sesunguhnya hanya mungkin dihadirkan secara visual melalui citra foto-foto (juga yang sifatnya bergerak seperti film). Segenap warga Negara Indonesia tentu pernah melihat rangkaian foto hitam-putih pembacaan naskah Proklamasi di Pegangsaan Timur serta pengibaran sang saka pada hari bersejarah itu. Citra yang melekat di otak kecil sejak belajar di sekolah rakyat hingga jaman kontemporer sekarang ini.

Kehadiran citra foto menyertai kisah heroik perjuangan bangsa kita sekaligus menunjukkan identitas kita sebagai warganegara satu negara yang bernama Indonesia. Dari foto di era revolusi fisik yang kemudian menjadi ikon sejarah menimbulkan pertanyaaan kepada kita siapakah para pencipta citra serta kenapa mereka membuat foto-foto yang sangat bersejarah tersebut?

Media bergambar termasuk koran di manca negaralah yang menghadirkan kita. Memperkenalkan satu bangsa dengan identitasnya yang baru diperbagai Negara berdaulat yang lebih maju. Citra gambar itu, menunjukkan bahwa bangsa yang baru merdeka ini adalah satu bangsa beradab yang sudah selayaknya hadir dalam masyarakat dunia yang tengah membangun demokrasi setelah tumbangnya fasisme.

Dengan latar belakang pemikiran tersebut sekaligus memperingati hari Kemerdekaan Indonesia yang ke-63 yang sesungguhnya sangat istimewa bagi perjalanan bangsa karena waktunya jatuh tepat di penghujung peringatan seratus tahun Kebangkitan Nasional Bangsa Indonesia. Suatu momentum yang layak untuk didengungkan kembali melalui citra fotografi demi tekad kita menuju kebangkitan Indonesia yang lebih baik dan lebih bermartabat.

Dengan keyakinan tersebut maka kisah yang menyertai citra fotografi dalam sebentuk karya foto adalah suatu bentuk apresiasi terhadap setiap gerak yang terekam lensa ketika bangsa ini memutuskan untuk merdeka, lepas dari belenggu penjajahan. Citra sebagian gambar-gambar yang kita lihat dalam pameran yang disertai dengan penerbitan katalog fotografi bertajuk KEMERDEKAAN: Identitas Untuk Kebangkitan, selain untuk memaknai sejarah yang terkandung di dalamnya juga penting kita pahami hakekat subyektivitas para fotografer yang ada di belakang kamera.

Selain himpunan ikon sejarah visual yang dibuat para fotografer IPPHOS (Indonesia Press Photo Service, berdiri tahun 1946) yang sebagian telah kita kenal, kita juga disuguhi rangkaian foto-foto yang dibuat seorang fotografer Belanda, Cas Oorthuys dalam kurun 1947 (juga diterbitkan sebagai buku reportase foto pertama tentang Indonesia di Belanda pada tahun yang sama. Buku tersebut diberi judul "Een Staat in Wording" atau "Satu Negara Sedang Dibangun"), yang memperlihatkan suatu keberpihakan kepada Republik baru dan simpati yang mendalam terhadap rakyat Indonesia melalui wajah-wajah dan gesture yang optimis seperti citra yang terungkap dari foto-fotonya.

Pameran foto IDENTITAS UNTUK KEBANGKITAN ini juga menampilkan rangkaian foto-foto kemerdekaan dan pembangunan negeri Malaysia yang diabadikan para pewarta foto Kantor Berita Bernama. Suatu kesertaan yang digagas Departemen Komunikasi dan Informatika RI dengan Jabatan Penerangan Malaysia untuk menciptakan saling pengertian di antara kedua bangsa serumpun ini. Apalagi kedua negara lahir pada bulan keramat yang sama. Bulan Agustus. 17 Agustus bagi Indonesia dan 31 Agustus bagi Malaysia.

Pameran ini di dukung juga oleh Antara Foto, Bernama Foto, Nederlands Fotomuseum Rotterdam, Yayasan Pengembangan dan Pendidikan Budaya Visual Oktagon, Paperina, Dewan Kesenian Jakarta.

CONTACT PERSON :
Budi Chandra : (0817-9829276)
Diah Kusumawardhani : (08161916990)

Sepertinya sudah cukup, kita mendenger berita-berita tentang penyakit, seperti cancer, yang ternyata pemicu utamanya adalah makanan yang kita makan. Belakangan ini baru tahu kalau Gula Aren alias Gula Jawa yang coklat kayak batu itu mengandung FORMALIN.
Informasi ini didapat dari seseorang yang dapat dipercaya, karena dia usahanya jualan jamu dan dan membuat minuman juice dalam botol tanpa pengawet sedikitpun!

Menariknya racikan minumannya itu pake gulanya gula jawa, ternyata setelah diselidiki mengandung formalin. Kemudian dia berusaha mencari yang tidak mengandung formalin. Ternyata tidak ada, alias hampir semua mengandung formalin.

Akhirnya dia langsung ke petaninya, dia pikir bisa dapat yang free formalin ternyata tidak juga, sebab diberi formalin atas instruksi para tengkulak, dimana kalau tidak dilakukan maka tidak ada yang mau beli. Jadi formalin itu sudah diteteskan atau dituangkan diatas pohon.
Memang efek dari formalin itu membuat gula jawa jadi lebih awet dan agak keras (tidak lembek) dan untuk proses memasaknya juga lebih cepet.

Kemudian dia bilang, stop pake formalin, nanti gulanya saya yang beli kalau para tengkulak itu tidak mau beli. Lucunya para petani itu tidak mau makan gula jawanya karena dia tahu itu mengandung racun...sementara kita? Telen terus racunnya!

Nach... sebenarnya gula jawa ini diaplikasikan kemana saja yaa? Oh ternyata banyak (dan ini yang saya tahu), misalnya:

  • Kolak, hampir semua kolak pake gula jawa jadi yang biasa buka puasa pake kolak, yaa selamet aja minum formalin.
  • Kue-kue yang pake gula jawa, roti gambang
  • Gado-gado, ketoprak.
  • Rujak.
  • Brown sugar dsb.

Untuk mengetahui mana gula jawa yang pakai pengawet formalin bias dipakai tips berikut:

  1. Ternyata Gula Jawa yang sehat itu yang dirubung lalat atau semut? Seperti halnya daun yang sehat tanpa DDT adalah daun yang ada ulatnya. Hik.. hik.. hik.. ternyata binatang-binatang itu membantu kita sebagai detektor racun yaa?
  2. Pilih gula aren/jawa yang lembek dan mudah meleleh, karena yang pakai formalin itu membuatnya menjadi keras.
  3. Gula aren/jawa yang tidak pakai pengawet itu harum.
  4. Yang sudah pasti karena tidak pakai pengawet gula jawa itu harus baik kemasannya karena mudah rusak.

Nach selamat mencari gula jawa yang asli tanpa formalin. Ternyata banyak sekali orang memasukkan racun dalam makanan secara sengaja sekedar mencari keuntungan yang ujung-ujungnya bisa menimbulkan banyak penyakit terutama cancer. Herannya Badan Pemerintah yang berwenang mengurusin masalah makanan kok gak bisa berkutik yaa?

Mudah-mudahan artikel ini bermanfaat.

Free Web Hosting